Budaya
Wagub Cok Ace: Pengembangan Wilayah Bali Jangan Berkonsep Pariwisata yang Sama
Denpasar, Balinesia.id - Wakil Gubernur Bali Prof. Tjok Oka Sukawati meminta pengembangan semua wilayah di Pulau Dewata jangan dengan konsep pariwisata yang sama.
Hal itu disampaikan Wagub Cok Ace saat didaulat sebagai salah satu narasumber pada acara Ulang Tahun Program Studi Doktor Ilmu Kajian Budaya UNUD ke-21 Tahun yang dirangkaikan dengan Seminar dan Reuni, bertempat di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Denpasar pada Senin, (18/7/2022).
Dalam seminar yang mengangkat topik Kebijakan Publik dalam Kajian Budaya, Wagub yang biasa disapa Cok Ace mengatakan bahwa sebagai pemegang kebijakan, Gubernur dan Wakil Gubernur Bali menelaah seluruh permasalahan di Bali menggunakan pendekatan teori kajian budaya, karena di Bali tidak bisa dilepaskan dari Adat dan Budaya yang sangat melekat dalam kehidupan sehari-hari.
- Hadapi Tantangan Multidimensi, BI: Perlu Alternatif Solusi yang Bisa Diimplementasikan secara Global
- Percepat Transisi Energi, Pertamina Gelontorkan 14 Persen dari Total Dana Investasi
- Folkfest, Rayakan Keragaman Musik, Seni, dan Budaya Internasional
Dirinya bekerjasama sangat baik dengan Gubernur Wayan Koster, dimana gubernur memiliki ide dan konsep dalam pembangunan Bali yang dituangkan dalam buku Ekonomi Kerthi Bali sedangkan Wagub Cok Ace menuangkannya dalam buku Padma Bhuwana.
Penulis buku “Padma Bhuwana Bali” yang juga menjabat Wakil Gubernur Bali ini, memaparkan Bali yang ditopang dengan kekuatan pariwisata dan taksu alamnya, menjadikan Bali memiliki keistimewaan tersendiri jika dibandingkan dengan wilayah lain.
"Semesta, tanpa kita sadari sudah membentuk Bali sedemikian rupa dengan tata titi dan asta kosala-kosalinya," ucap Wagub Cok Ace.
- Gubernur Bali Ingatkan Pembangunan Terminal LNG Tak Ganggu Hutan Mangrove
- Krisis Sri Lanka dan Pelajaran untuk Perekonomian Indonesia
- PresidensiG20 Dorong Penguatan Kebijakan Moneter dan Makroprudensial
Pariwisata Bali yang datang dan masuk dari pintu selatan (Badung), dimana secara niskala adalah letaknya Dewa Brahma (dapur), diposisikan bahwa pariwisata yang berkembang di Bali selatan sebagai penopang / penghasil rupiah yang menyerap devisa untuk pembangunan Bali secara keseluruhan.
"Jadi jangan semua wilayah di Bali kita kembangkan dengan konsep pariwisata yang sama," tegas dia.
Tetapi apabila disesuaikan dengan asta dewatanya, maka di wilayah timur juga bisa dikembangkan menjadi pariwisata spiritual (spiritual tourism) dan spiritual religius.
"Karena timur adalah tempat berstananya Dewa Iswara,” terang Wagub Cok Ace.
Mengacu pada lontar Padmabhuwana yang menyatakan bahwa Mpu Kuturan, sekitar abad ke-11 yang menyebut Bali sebagai Padmabhuwana. Danghyang Nirartha pada abad ke-15 juga menyatakan hal yang sama.
Artinya, Bali telah digambarkan sebagai satu kesatuan ruang yang dijaga oleh kemahakuasaan Dewata Nawasanga dengan atribut, karakter, dan fungsi masing-masing.
Dalam ruang inilah, seluruh aktivitas masyarakat Bali berlangsung untuk mewujudkan tujuan hidupnya, Moksartham Jagadhita. Artinya, apabila masyarakat Bali meyakini bahwa seluruh tindakannya dipayungi oleh kekuatan para dewa, maka sudah sepatutnya hidupnya sejahtera.
Namun pada kenyataannya, kesejahteraan dan kebahagiaan hidup masyarakat Bali masih belum sepenuhnya bisa diwujudkan.
“Konsep Padma Bhuwana Bali ternyata sudah ada sejak zaman dahulu dan semesta tanpa sengaja sudah mempolakan letak wilayah berdasarkan karakter demografinya,” ungkap Wagub Cok Ace. ***