Baliview
Tumpek Wariga, Desa Adat Batur Tanam Puluhan Batang Pohon Upakara
Bangli, Balinesia.id – Instruksi perayaan Tumpek Wariga yang dikeluarkan Gubernur Bali, Wayan Koster mendapat respons simultan dari masyarakat Bali. Sejalan dengan budaya Bali tentang pemuliaan hutan yang telah diwarisi sejak dulu kala, oleh masyarakat Batur, instruksi tersebut direspons dengan penanaman tanaman upakara di kawasan Alas Kekeran, Desa Adat Batur, Kintamani, Bangli.
Pamucuk Desa Adat Batur, Jero Gede Batur Duhuran mengatakan secara tradisi pihaknya memiliki konsep alas kekeran atau alas pingit, yakni sebuah kawasan hutan yang disucikan dan dilindungi secara adat. Alas kekeran tersebut satu di antaranya ada di Bukit Sampian Wani, yang juga merupakan kawasan Pura Prapen Pingit yakni salah satu Pura Pangideran Ulun Danu Batur.
“Tempat ini disebut Prapen Pingit. Ini adalah alas kekeran atau kawasan hutan yang kelestarian juga disucikan dilindungi secara adat,” kata Jero Gede, Sabtu, 10 Desember 2022.
Baca Juga:
- “Nandurin Karang Awak” Hadirkan Karya Lintas Batas
- Kuota Sejumlah SPBU di Bali Habis Pertamina Lakukan Normalisasi
- Tanpa Kehadiran Presiden Jokowi, Pengajian Digelar Jelang Pernikahan Kaesang
Ia menjelaskan, budaya Bali memandang Tumpek Wariga sebagai hari untuk menghormati dan memuliakan tanaman. Berpijak pada konsep itulah pihaknya turut menanam tanaman upakara, khususnya tanaman yang relatif langka untuk mendukung kebutuhan upacara.
“Kalau budaya Bali, termasuk juga di Batur, setiap Tumpek Pengatag atau Tumpek Wariga ini kita ngatag pohon, mengingatkan agar mereka dapat berbuah lebat menjelang Galungan, sehingga buahnya dapat dimanfaatkan untuk upacara. Kali ini, kita tambah dengan menanam bibit tanaman upakara. Jadi, ada plus-nya selain ngatag tanaman yang sudah tumbuh, kami juga menanam lagi,” kata Jero Gede.
Melalui kegiatan tersebut, pihaknya berharap ke depan kelestarian alam, khususnya di Batur, bisa terjaga. “Haparannya ke depan wewidangan (kawasan, red) dan tanaman di sini tetap ajeg, lestari, sehingga bisa digunakan untuk menopang keperluan upacara di pura,” harap dia.
Kasinoman Desa Adat Batur, Guru Wayan Lempana, mengatakan kegiatan yang digelar pihaknya melibatkan perwakilan krama adat, seperti jero mangku, jero karaman (Bali Rama Batur), palancang, dan kelian tempek (pemimpin kelompok masyarakat). Jenis tanaman yang ditanam antara lain pohon bodhi, majagau, cempaka, alpukat, dan ampupu yang jumlah totalnya sekitar 50-an batang.
“Di Alas Kekeran Sampian Wani ini sudah hidup beberapa pohon upakara, usadha, maupun tanaman langka yang kami tanam dan lindungi di sana, seperti cendana, majagau, berbagai jenis temu, pilasa, berbagai jenis kelapa upacara, delima, juet, boni,” katanya.
Di sisi lain, perwakilan pemuda Batur, Jero Mangku Aditama tampak mengapresiasi kegiatan yang digelar desa adat tersebut. Pemuda yang aktif dalam berbagai kegiatan lingkungan ini pun mengajak kalangan muda untuk dapat tergerak mencintai alam.
“Melalui ini, semoga pemuda Batur tergerak hatinya untuk mencintai alam. Semoga yang dilakukan hari ini menuai kesuburan di kemudian hari untuk generasi ke depan, sehingga alam dapat menjadi seperti ibu yang menghidupi,” katanya. jpd