Baliview
“Sayan Rumaket”, Event Pariwisata yang Angkat Potensi dan Rekatkan Warga Desa
Denpasar, Balinesia.id – Desa Sayan memiliki cara unik untuk mengangkat potensi desa sekaligus merekatkan warganya. Dua tujuan itu dimuarakan dalam event pariwisata “Sayan Rumaket” yang akan digelar pada Sabtu-Minggu, 8-9 Oktober 2022 mendatang.
Ketua Panitia Sayan Rumaket, I Wayan Gede Budi Arthawan, mengatakan ada beberapa kegiatan yang akan tersaji dalam event tersebut. Event-event tersebut meliputi Tour The Sayansation yakni jalan santai yang mengunjungi objek-objek di Desa Sayan, Diorama Musik, serta Gowes for Love 3.0.
“Sayan Rumaket kami gelar sejak 2019, namun sempat tidak diadakan pada tahun 2020 karena Covid-19, dan kembali dilaksanakan tahun ini yang bekerja sama dengan Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama). Pemerintah Desa Sayan dalam hal ini melalui Kelompok Sadar Wisata atau Pokdarwis dan pelaksanaannya melibatkan Sekaa teruna Bina Warga Banjar Mas, Desa Sayan,” katanya dalam konferensi pers di Denpasar, 30 September 2022.
Baca Juga:
- https://balinesia.id/read/mencari-titik-terang-jejak-leluhur-warga-badeg-serahkan-lontar-ke-ulu
- https://balinesia.id/read/dukung-penambahan-jargas-kabupaten-musi-banyuasin-dan-banyuasin-pgn-subholding-gas-pertamina-tandatangani-kesepakatan-bersama
- https://balinesia.id/read/dewa-made-indra-kebijakan-membuka-pasar-hewan-ada-di-kabupaten
Event Tour The Sayansation disebutnya juga memberi ruang bagi para pelukis young artist di Desa Sayan, sedangkan Diorama Musik yang dilangsungkan di Taman Baca Ubud akan dimeriahkan musisi ternama Bali seperti Nosstress, Sound of a Mirror, Jun Bintang, dan Kis Band.
“Gowes for Love 3.0 yang akan mengambil start dan finish di Pekenku, Sayan. Kami menyediakan dua rute berbeda, yakni rute panjang sejauh 29 kilometer dan rute pendek sejauh 7 km. Kedua rute sama-sama melewati persawahan, perkebunan, dan jalan pedesaan dengan harga tiket Rp 25 ribu,” kata dia
Selain sebagai media promosi potensi wisata di Desa Sayan, Perbekel Desa Sayan, I Made Andika menyebut Sayan Rumaket sebagai ajang mempererat hubungan antarwarga Sayan. Ia mengatakan “Sayan Rumaket” dapat diartikan secara ambigu menjadi dua arti. Pertama, jika kata sayan dimaknai sebagai subjek, maka akan merujuk Desa Sayan, sedangkan jika merujuk kata sifat dalam bahasa Bali, kata sayan dapat diartukan menjadi ‘semakin’
“Sedangkan rumaket artinya dekat atau akrab, sehingga kami ambil event ini sebagai representasi kebinekaan, di mana Desa Sayan terdiri dari delapan banjar yang asal-usul penduduknya berbeda-beda, namun bisa berpadu satu sama lain,” kata dia.
Andika menuturkan dahulu Desa Sayan merupakan perbatasan antarkerajaan di Bali. Sayan menjadi batas antara Kerajaan Mengwi, Ubud, Peliatan, termasuk Sukawati, sehingga setiap banjar itu pun mencirikan keberagaman tersebut, namun dapat hidup bersamaan.
“Kegiatan tahun ini juga mengangkat tema ‘Suta Dipa Embasing Bumi’ yang bermakna bahwa kelahiran manusia adalah untuk berpihak pada lingkungan, sosial, budaya, seni, dan pendidikan. Kami mengambil dua poin penting ajaran Tri Hita Karana, yakni hubungan harmonis manusia dengan manusia dan hubungan harmonis manusia dengan lingkungan,” tutur salah satu kepala desa termuda ini.
Ketua Pengda Kagama Bali, I Gusti Ngurah Agung Diatmika, mengapresiasi event Sayan Rumaket. Menurutnya apa yang digelar Desa Sayan sejalan dengan prinsip Kagama yang memiliki motto “Guyub Rukun Migunani”.
Diatmika menilai bahwa kolaborasi dan sinergitas antara pemangku kepentingan di desa adalah kunci untuk kemandirian desa. Oleh karenanya, ia memandang Sayan Rumaket bukan hanya merefleksikan upaya konsolidasi secara internal di tingkat masyarakat desa, namun juga sebagai bentuk inklusivitas desa dalam merangkul berbagai pihak termasuk Kagama.
“Sayan Rumaket adalah bentuk pelibatan generasi muda Desa Sayan dalam meneguhkan peran generasi muda yang sangat penting dalam setiap lini kehidupan, terutama dalam membangkitkan perekonomian desa hingga nasional dengan berbagai pendekatan milenial berbasis teknologi dan aplikasi yang akan memperkuat sendi-sendi ekonomi berbasis alam, kesenian dan budaya, hingga kepariwisataan yang berkualitas dan berkesinambungan,” kata Diatmika. jpd