Baliview
Perwakilan BKKBN Bali Optimalisasi Kebutuhan KB Tidak Terlayani
Denpasar, Balinesia.id – Perwakilan BKKBN Bali mengoptimalisasi kebutuhan ber-KB tidak terpenuhi (unmet need) masyarakat Bali melalui GeNeed (Gerakan Eliminasi Unmet Need). Hal ini menyusul angka capaian kebutuhan ber-KB tidak terpenuhi yang masih di atas target capaian.
Kepala Perwakilan BKKBN Bali, dr. Ni LUh Gede Sukardiasih mengatakan capaian ber-KB tidak terpenuhi masyarakat Bali saat ini masih bertengger di angka 17,9 persen. Angka tersebut jauh dari target Perwakilan BKKBN Bali sebesar 7,94 persen.
“Selain itu prevalensi pemakaian kontrasepsi kita juga mengalami penurunan menjadi 53,4 persen dari target 66,83 persen pada tahun 2022," katanya dalam Pertemuan Mitra Kerja Program Bangga Kencana Provinsi Bali di Denpasar, Selasa, 24 Mei 2022.
Baca Juga:
- https://balinesia.id/read/gubernur-bi-perry-warjiyo-ungkap-inflasi-kemungkinan-lebih-4-persen
- https://balinesia.id/read/google-proyeksikan-potensi-ekonomi-digital-indonesia-tembus-rp-2-05-kuadriliun-pada-2025
- https://balinesia.id/read/seniman-magelang-nyoman-ali-mustafa-mendesain-empat-gerbang-ikonik-candi-borobudur
Oleh karena itu, Perwakilan BKKBN Bali saat ini membuat terobosan melalui Program GeNeed untuk dapat dapat mengejar target yang telah ditetapkan. “Kita tidak bisa bekerja biasa-biasa saja, harus ada suatu gebrakan untuk menurunkan unmet need," katanya.
Luh De mengatakan, yang dimaksud ber-KB tidak terpenuhi adalah pasangan usia subur (PUS) yang semestinya ber-KB, tetapi belum terlayani atau tidak ikut KB karena berbagai alasan. Golongan ini terdiri dari PUS yang Ingin Anak di Tunda (IAT) dan PUS yang Tidak Ingin Anak Lagi (TIAL).
“IAT terjemahan operasionalnya adalah PUS yang baru memiliki anak pertama yang harus mengatur jarak kelahirannya minimal 4-5 tahun. Termasuk dalam kelompok ini adalah PUS yang isterinya baru saja melahirkan dan baru saja mengalami keguguran. Sementara itu, TIAL adalah PUS yang sudah memiliki dua anak tetapi belum menggunakan KB,” jelasnya.
Ia menambahkan fenomena KB tidak terlayani bersifat multidimensial karena dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti karakteristik demografi, sosial ekonomi, sikap, akses dan kualitas pelayanan. Salah satu alasan utama kebanyakan orang tidak ingin ber-KB adalah masalah kesehatan dan takut efek samping.
“Elimanisasi Unmet need harus mempertimbangkan berbagai faktor tersebut. Setidaknya, akses tempat pelayanan KB harus menjangkau ke seluruh PUS sasaran dan kualitas pelayanannya harus sesuai dengan harapan masyarakat. Hal penting lainnya yang tidak bisa diabaikan adalah memperkuat Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) KB oleh penyuluh KB,” katanya. jpd