Baliview
Pasca-WNA Menari Telanjang, Desa Adat Batur Laksanakan Masapuh-sapuh
Bangli, Balinesia.id - Desa Adat Batur, Kintamani, Bangli melaksanakan upacara masapuh-sapuh atau pacaruan di puncak Gunung Batur pasca-viralnya video oknum wisatawan asing (WNA) yang menari telanjang di puncak Gunung Batur. Upacara masapuh-sapuh dilaksanakan pada Selasa, 4 Mei 2022.
Kesinoman Desa Adat Batur, Guru Wayan Asta mengatakan bahwa apa yang dilakukan pihaknya merupakan bagian dari upaya menjaga kesucian Gunung Batur sekaligus meredam keresahan masyarakat pascaviralnya video WNA menari telanjang di puncak Gunung Batur beberapa waktu lalu. Aktivitas itu dianggap tidak layak dikonsumsi publik, terlebih di kawasan yang disucikan masyarakat, sehingga menimbulkan keresahan.
"Masapuh-sapuh yang kami laksanakan karena masyarakat resah dengan kejadian WNA bugil di pucak gunung itu, sehingga secara niskala kami melalukan ritual ini untuk mengembalikan keseimbangan yang terganggu," katanya.
Baca Juga:
- https://balinesia.id/read/demi-jaga-danau-masyarakat-di-batur-tak-boleh-pelihara-kuda-dan-indukan-babi
- https://balinesia.id/read/jadi-kawasan-suci-ini-empat-dewi-yang-dimuliakan-di-danau-danau-di-bali
- https://balinesia.id/read/meresahkan-wna-pembuat-video-asusila-di-puncak-gunung-batur-dideportasi
Hal senada dinyatakan Pangemong Pura Ulun Danu Batur yang juga Pamucuk Desa Adat Batur, Jero Gede Batur Duhuran. Pihaknya menegaskan bahwa Gunung dan Danau Batur adalah kawasan suci yang patut dijaga oleh seluruh masyarakat Bali dan Desa Adat Batur berperan sebagai penanggung jawab utamanya. Oleh karena itu, ketika terjadi hal-hal yang dianggap membuat kotor atau mala, pihaknya wajib melakukan upacara pembersihan.
"Karena kami meyakini gunung merupakan linggih Ida Bhatara-bhatari. Karena kejadian itu, titiang (saya) bersama krama Desa Adat Batur menggelar upacara ini," kata Jero Gede.
Dijelaskannya, pihaknya tidak berani untuk abai jika telah terjadi tindakan yang dianggap mengurangi kesucian kawasan, misalnya ketika terjadi kematian di areal suci tersebut. "Seperti waktu bulan Maret lalu, ada wisatawan yang meninggal di puncak (gunung), kami juga lakukan upacara yang sama, demikian juga andai kata terjadi di danau. Itu karena kami memiliki tanggung jawab sebagai juru sapu, yang menjaga tetamanan Ida Bhatari, dalam hal ini Kaldera Batur," katanya.
Ke depan pihaknya mengajak untuk seluruh elemen dapat memperhatikan kelestarian dan kesucian Gunung dan Danau Batur. Dalam hal sekala, saat ini pihaknya tengah berupaya membangun kesadaran untuk menjaga kelestarian alam dengan aksi-aksi nyata, di samping turut membumikan kembali tuturan-tuturan tradisional yang mereka warisi.
"Oleh karena itu, mari kita jaga bersama, baik itu pengelola wisata atau wisatawan. Kami tidak lagi menyalahkan siapa pun, tapi mari kita bangun kesadaran untuk menjaga bersama. Wisatawan yang hendak berkunjung, ada baiknya mereka diberi imbauan tentang apa saja larangan-larangan ketika mendaki gunung misalnya. Mari kita jaga agar pariwisata di Bali ini bisa berjalan dengan baik, tidak ada citra buruk, apalagi melakukan hal di luar kesucian," kata Jero Gede. jpd