Menguak Arti dari Brigade Swasembada Pangan yang Dicanangkan Prabowo

Menguak Arti dari Brigade Swasembada Pangan yang Dicanangkan Prabowo (Dok. PLN)

JAKARTA - Pemerintahan di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto menetapkan target ambisius untuk mencapai swasembada pangan pada tahun 2028. Untuk merealisasikan tujuan tersebut, Kementerian Pertanian menyoroti pentingnya kontribusi generasi muda sebagai petani milenial, penggunaan teknologi modern dalam sektor pertanian, serta pengelolaan sumber daya alam yang lebih optimal.

Untuk mempercepat ambisi tersebut Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman memperkenalkan Program Brigade Swasembada Pangan. “Kunci keberhasilan swasembada pangan terletak pada generasi muda. Dengan keterlibatan petani milenial, teknologi modern, dan sumber daya alam yang kita miliki, saya yakin kita bisa melampaui target,” ungkap Mentan Amran di Jakarta, dikutip, Kamis, 21 November 2024.

Brigade Swasembada Pangan merupakan kolaborasi lintas sektor antara Kementerian Pertanian (Kementan), Tentara Nasional Indonesia (TNI), dan Kementerian Pekerjaan Umum. 

Program ini nantinya akan fokus pada optimalisasi lahan rawa (oplah) di 12 provinsi strategis, yaitu Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, dan Papua Selatan.

Menurut Mentan lahan rawa merupakan salah satu potensi besar yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal. Pada tahun 2024, sekitar 350 ribu hektare lahan oplah telah dipersiapkan untuk mendukung peningkatan produksi beras nasional.

Nantinya setiap brigade pangan yang dibentuk terdiri dari 15 petani milenial yang diberi tanggung jawab untuk mengelola 200 hektare lahan. Untuk memastikan keberhasilan program, Kementan memberikan dukungan berupa pendampingan intensif dari 400 pegawai Kementan serta 50 mentor yang terdiri dari penyuluh, dosen, guru, dan widyaiswara.

Menurut Mentan, pendampingan ini dilakukan untuk memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan kepada petani milenial, sehingga mereka tidak hanya menjadi petani konvensional, tetapi juga pengusaha berbasis pertanian yang mampu memanfaatkan teknologi modern.

Target Jangka Panjang

Keberhasilan program akan diukur berdasarkan dua indikator utama produktivitas lahan dan pendapatan petani. Mentan menargetkan produktivitas padi minimal 5 juta ton per hektare. 

Selain itu, petani milenial yang tergabung dalam brigade pangan diharapkan dapat memperoleh pendapatan minimal Rp10 juta per bulan, dengan potensi pendapatan hingga Rp20 juta per bulan bagi yang berhasil memanfaatkan lahan secara maksimal.

“Kalau mereka tekun dan bekerja keras, bukan tidak mungkin pendapatannya bisa mencapai 20 juta rupiah. Dengan pendapatan yang di atas pendapatan kantoran biasa, mereka akan semangat menjadi petani." tambah Mentan.

Salah satu tujuan jangka panjang dari program ini adalah menarik minat generasi muda untuk terjun ke sektor pertanian. Mentan menyoroti pentingnya regenerasi di sektor pertanian, mengingat mayoritas petani di Indonesia saat ini berasal dari generasi tua.

Program ini juga diarahkan untuk mengubah paradigma petani dari sekadar pengelola lahan menjadi pengusaha pertanian. Dengan bekal pengetahuan tentang pengelolaan korporasi, petani milenial diharapkan mampu membawa sektor pertanian Indonesia ke tingkat yang lebih tinggi, baik dari sisi produktivitas maupun daya saing di pasar global.

Sejauh ini, Kementan telah berhasil membentuk 1.500 brigade pangan di 12 provinsi yang menjadi wilayah fokus program. Setiap pendamping ditugaskan untuk mengadvokasi lima brigade pangan, memberikan bimbingan teknis, serta membantu petani milenial dalam mengatasi tantangan di lapangan.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Muhammad Imam Hatami pada 21 Nov 2024 

Editor: Redaksi

Related Stories