Baliview
Membentang dari "Dharma Kahuripan" hingga "Dharma Kapatian", Ini Isi Buku Prabhajñāna Terbitan ULU
Denpasar, Balinesia.id – Unit Lontar Universitas Udayana (ULU) menerbitkan buku kajian lontar berjudul Prabhajñāna: Mosaik Kajian Lontar Universitas Udayana seri ke-6 pada akhir tahun 2022. Penerbitan buku tersebut dirilis kepada publik pada Kamis, 29 Desember 2022 di Auditorium Widyasabha Mandala Prof. Dr. Ida Bagus Mantra, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana, Denpasar.
Serangkaian kegiatan perilisan buku tersebut turut digelar bedah buku oleh sastrawan dan budayawan Bali, I Wayan Westa. Dalam pembacaannya, tulisan-tulisan yang termuat dalam buku tersebut terbagi dalam dua arus besar, yakni petunjuk cara hidup yang benar (Dharma Kahuripan) dan petunjuk cara mati yang benar (Dharma Kapatian).
“Bali memiliki pandangan kosmos tersendiri, memiliki empat danau, bahasa dan aksara yang berbeda. Bali berbeda dengan daerah lain kecuali jika dirunut dengan Jawa klasik. Saya melihat kajian ini dalam sudut pandang hidup yang benar dan mati yang benar. Dharma Kahuripan dan Dharma Kapatian. Teks yang menugaskan hidup dan mati yang benar. Inilah agama orang Bali,” kata penulis buku Bali Spirit ini dalam bedah buku bertajuk “Pustaka Prakirna”.
Baca Juga:
- Buka Peti Wasiat Kebudayaan Bali, ULU Terbitkan Buku Kajian Lontar
- PNBP Sektor Kelautan dan Perikanan di Tahun 2022 Tembus Rp1,79 Triliun
- Gotong Royong Gandeng Sekolah hingga Komunitas, Forum Alumni Gitakita Hijaukan TWA Gunung Batur Bukit Payang
Mantan wartawan majalah Gumi Bali Sarad aspek-aspek yang mengungkap Dharma Kahuripan misalnya ditunjukkan oleh tulisan Dr. Wayan Suardiana yang membahas tentang pertanian serta tulisan Prof. Made Suastika tentang usadha Bali. Sementara itu, tulisan yang mengungkap Dharma Kapatian antara lain terepresentasi oleh tulisan Ida Bagus Anom Wisnu Pujana yang merupakan staf ULU.
Adapun 15 judul tulisan dalam buku Prabhajñāna seri ke-6 ini yakni Aji Pangintar Pantun: Teks Panduan Bercocok Tanam Padi di Sawah serta Siklus Upacaranya karya I Wayan Suardiana; Bentuk Perubahan Nilai Etiket Tetap: Transformasi Teks Kakawin Putra Sesana dalam Geguritan Putra Sesana karya I Wayan Cika dan Putu Eka Guna Yasa; Bhama Kretih: Pengetahuan Tradisional tentang Pekarangan karya Putu Ari Suprapta Pratama.
Selanjutnya adalah tulisan karya Luh Putu Puspawati yang berjudul Geguritan Darma Kusuma Sebuah Kajian Wacana; Jalan, Pertanda, dan Kemenangan atas Kematian dalam Tutur Swacandha Marana karya Ida Bagus Anom Wisnu Pujana; dan Khazanah Naskah Pangujanan dalam Koleksi Tujuh Lembaga karya Muhammad Heno Wijayanto.
Tulisan kesepuluh berjudul Makna Simbolis dan Suluh Kehidupan dari Peralatan Pandai Besi dalam Khazanah Lontar di Bali merupakan karya Pande Putu Abdi Jaya Prawira, kemudian ada tulisan berjudul Memaknai Lontar Kanda Empat Bhuta: sebagai Media Pembelajaran Seorang Ibu karya Sri Jumadiah dan Putu Widhi Kurniawan; serta tulisan Parartha Gumawe: Konsep Pemimpin Ideal dalam Kakawin Ramayana untuk Meredam Konflik karya I Ketut Jirnaya dan Ni Made Suryati.
Artikel selanjutnya berjudul Pengobatan Tradisional di Bali yang merupakan karya I Made Suastika; Raksa Wrksa: Sisi Lain Raksasa sebagai Penjaga Pohon karya I Ketut Eriadi Ariana; dan Sewa Bodha Keadaban Gelgel dalam Teks Lontar Paniti Gama Tirtha Pawitra karya Ida Bagus Rai Putra dan Ida Atu Putu Aridawati.
Tiga lainnya adalah tulisan berjudul Brata Amretasnataja dalam Sarasamuccaya: Dimensi Waktu dalam Seksualitas sebagai Penentu Generasi Berkualitas karya Putu Eka Guna Yasa; Stoikisme, Cara Kamalanatha Menuju Kebagahiaan dalam Kakawin Dharma Sunya karya Ni Made Ari Dwijayanti; dan Wacana Perlindungan Air dalam Naskah Tantu Panggelaran karya I Nyoman Suwana. jpd