Budaya
Memaknai Pesan Religi Karya Perupa di Pameran Bali Megarupa 2022
Denpasar, Balinesia.id - Karya-karya yang dipamerkan pada pameran Bali Megarupa IV tahun 2022 menggambarkan makna simbolik bagaimana para perupa memaknai ajaran atau prinsip-prinsip religi.
Even tahunan Bali Megarupa keempat ini hadir dengan tema-tema khusus sangat relevan sekaligus kontekstual terkait permasalahan Bali, bangsa, dan dunia serta memancing semangat kreatif dan elan diskursus kritis.
Bali Megarupa mengusung tema juga memantik imajinasi, kreativitas, dan nalar kritis yang merepresentasikan daya hidup seni rupa kontemporer Bali yang khas dan berkarakter.
Kurator Bali Megarupa IV/2022 Prof. Dr. Wayan Kun Adnyana, Anak Agung Gde Rai, dan Prof. Adrian Vickers sependapat menyebut peristiwa ini hadir dengan beragam perspektif dan cara pandang tematis, jamak dalam jelajah kreatif, dan eksperimen medium.
Bahkan Kun Adnyana menyebut kehadiran para perupa Bali lintas generasi, sangat kontributif terhadap penguatan ekosistem kreatif; pelukis senior dan junior bersanding, berinteraksi.
"Sekaligus menemu dialog,” kata Kun Adnyana, di sela-sela pameran, Senin 17 Oktober 2022.
Rektor ISI Denpasar, ini juga mengungkapkan, peristiwa ini penting guna memastikan kemajuan seni rupa Bali, karena regenerasi dalam ruang apresiasi menjadi penentu jagat seni yang kompetitif.
Hanya dengan demikian, masyarakat seni akan menemu kesungguhan daya hidup seni rupa kontemporer Bali kini.
“Perupa justru sangat dominan mengarahkan, sekaligus membangun orientasi kreatif tentang sumber air ke dalam rupa simbolik.
Simbol atau penanda yang menunjuk pada ikonografi tradisi, artefak budaya masa lalu, atau kreasi baru yang berkenaan dengan reka figurasi informal, maupun subjek gambar yang berkenaan dengan ajaran atau prinsip-prinsip religi,” tutur Kun Adnyana.
Bali Megarupa yang merupakan bagian dari perhelatan Pemprov Bali, Festival Seni Bali Jani (FSBJ) IV Tahun 2022, telah berjalan sepekan dan masih berlangsung sepekan lagi hingga 23 Oktober 2022.
Tercatat 117 perupa modern dan kontemporer dengan rentang usia 20 hingga 78 tahun menyajikan 116 karya karya seni lukis, patung, fotografi, kriya, keramik, instalasi, dan seni rupa video.
Empat tempat untuk karya mereka yakni Museum Seni Neka, Museum Puri Lukisan, Agung Rai Museum of Art (ARMA) –ketiganya di Ubud– dan Gedung Kriya, Taman Budaya Provinsi Bali (Art Center) di Denpasar.
Para perupa menghadirkan karya yang merupakan jelajah pemaknaan dan eksplorasi tematik terkait air.
Perupaan yang berangkat dari beragam persepsi, perspektif, sekaligus tawaran-tawaran gagasan genial; karakter artistik atau gaya visual dari perupa bersangkutan tetap dapat terlacak.
Kata Kun Adnyana, perupa secara sadar merespons kepada tema/tajuk pameran Ranu-Wiku-Waktu: Semesta Cipta Sastra Rupa, tanpa kehilangan karakter pribadi.
Tema air dijelajahi perupa sebagai sumber imajinasi, daya pikat artistik, sekaligus orientasi penciptaan,” jelas Kun Adnyana.
Garis besarnya, dapat dipetakan ke dalam tiga kategori penjelajahan terkait tema air —menunjuk pada danau— berikut seluruh penamaannya, yakni: denotatif, konotatif, dan simbolik.
Ia menyebut ketiga kategori ini terkadang hadir berkelindan, saling berbaur, dan juga tertaut. Kategori eksplorasi secara denotatif atau real, dengan benderang.
Ia menambahkan pencermatan air secara denotatif, juga menunjuk impresi air (zat cair), seperti mengungkap kesan visual gelombang, buih, tetesan, genangan, dan juga berlapis warna-warni kebiruan.
Secara konotatif mencakup berbagai kemungkinan analogi tentang danau atau sumber air sebagai sumber kehidupan. ***