Baliview
Kontemplasi Covid-19, Bayu A.M. Temukan Teknik Lukis Pecut Lidi
Tabanan, Balinesia.id – Pandemi Covid-19 nyatanya tidak hanya mengubrak-abrik kehidupan dan berbagai budaya manusia di bumi. Pada dimensi yang lain, khususnya bagi mereka yang memiliki elan kreatif, pandemi juga jadi momentum kontemplasi mencipta kreativitas baru.
Hal itulah yang dirasakan perupa asal Desa Gadungan, Tabanan, I Nyoman Bayu A.M. Selama pandemi ia menggali daya seninya, hingga akhirnya menemukan teknik baru dalam mencipta karya rupa. Teknik yang ditemukannya melalui penggunaan lidi sebagai alat melukis itu kemudian dinamai teknik pecut lidi.
Kepada wartawan, Bayu A.M. menyatakan sebagai teknik yang baru ia kembangkan. Puluhan lukisan dengan beragam dimensi pun telah hadir melalui teknik baru tersebut. Lukisan-lukisan karyanya kini tengah dipamerkan dalam pameran bertema “Swi Kreti: Memuliakan Sawah” di I Gusti Gede Aryadi Artspace, Dewi Sinta Hotel and Restaurant, Tanah Lot, Tabanan.
“Teknik pecut lidi yang saya kembangkan ini adalah baru. Saya temukan saat Covid-19 dan lukisan-lukisan yang dipemarkan saat ini adalah karya pertama dengan teknik ini,” katanya di sela-sela pembukaan pameran tersebut, Rabu, 11 Januari 2023 malam.
Baca Juga:
- Lewat Kanvas, Bayu A.M. Suarakan Romantisme dan Tantangan Budaya Tani di Bali
- 25 Karya Perupa Tabanan Dipamerkan dalam “Nandurin Karang Awak”
- Mengenang Pandemi dan Terpuruknya Pariwisata Bali dalam Instalasi “Art, Surfing, and Marine Ecology” Karya Gede Oka Astawa
Bayu A.M. menjelaskan bahwa teknik yang dikembangkannya tersebut terinspirasi dari teknik kojong yang dikembangkan seorang maestro perupa Bali, Made ‘Tedol’ Subrata. Ceritanya, Bayu A.M. pernah berguru pada sang maestro selama dua tahun untuk mengasah kreativitasnya.
“Teknik pecut lidi ini saya temukan setelah berguru pada pelukis senior yang adalah maestro, Pak Tedol Subrata. Di sana saya dapat ide, ketika beliau memakai teknik kojong, maka saya berpikir untuk memakai lidi,” kata dia.
Penerapan teknik pecut lidi menggunakan sebatang lidi janur. Lidi tersebut dilengkungkan, kemudian dicelupkan ke dalam warna yang diinginkan. Lidi yang telah diwarnai itulah yang dipecutkan ke dalam kanvas, sehingga membangun karakter tekstur rupa yang kuat.
Penerapan teknik tersebut tampaknya sejalan dengan lukisan-lukisan bertema agraris yang dipamerkan dalam pameran tunggal tersebut. Rupa dan tekstur warna yang dihasilkan melalui proses memecut itu mampu menghasilkan visual padi maupun bentuk lain dari lukisan yang khas. “Untuk lukisan ukuran 120 x 100 cm saya membutuhkan waktu sekitar dua hari,” kata Bayu A.M. jpd