Baliview
Jalan Kreatif Mario Prawira, Sang Pembuat Konten yang Videonya Sempat Tembus 14 Juta Penonton
Denpasar, Balinesia.id - Perkembangan dunia digital memberi peluang tumbuhnya pekerjaan-pekerjaan kreatif, misalnya sebagai pembuat konten (content creator) video pendek untuk perkenalan produk dan marketing di media sosial.
Dunia itulah yang digeluti Mario Prawira, pria blasteran Bali-Swiss dalam dua tahun belakangan. Kepada Balinesia.id belum lama ini, ia menceritakan awal jalannya terjun sebagai pembuat konten video kreatif. Berbekal rasa iseng karena pandemi yang diramu dengan ide-ide segar, ia mampu menghasilkan video yang menyedot atensi warganet, meskipun dengan alat-alat yang terbilang sederhana.
Baca Juga:
- Debut Perdana di Blantika Musik Indonesia, Deva Dianjaya Rilis Single “Memendam Rasa”
- Aruna Kenalkan Produk Perikanan Lokal ke Pasar Global
- Seluruh Warga Miskin Buleleng Dipastikan Dapat Jaminan Kesehatan
Mario menerangkan bahwa satu videonya pernah tembus hingga 14 juta penonton. Keberhasilan itu membuatnya terus terpacu untuk berkarya lebih kreatif dengan ide-ide yang segar.
"Sebelumnya saya datang dari Swiss karena saya pikir akan lebih mudah mendapatkan pekerjaan di Bali, bulan-bulan pertama satu dua job untuk pemasukan dari model masih ada, tapi setelah itu ada pandemi, semua agen model tutup dan tidak ada kemungkinan pemasukan dari model," kata dia mengawali perbincangan.
Kondisi pembatasan akibat pandemi Covid-19 memaksanya lebih banyak di rumah. kondisi itu membuatnya sangat bosan, hingga akhirnya mulai bereksperimen menggarap video.
"Saking bosannya di rumah, saya iseng-iseng bikin video dengan transisi. Saya fokus ke transisi, bahkan saking malasnya saya nge-shoot gambar pakai HP, editnya pakai HP, dan uploadnya pakai hp," kata pria berusia 33 tahun itu.
Dalam perjalanan kreatifnya, Mario pernah berharap mengumpulkan uang agar dapat membeli kamera. Kala itu ia berpikir dapat membuat video yang lebih bagus jika menggunakan kamera. Tetapi, selama belum ada kamera ia gunakan telepon pintar miliknya sebagai alat utama.
Pada awal jalan kreatifnya, Mario menuturkan ia "menukar" jasa video transisinya dengan produk-produk di restoran dan hotel. Pola itu ia lakukan sekitar tiga bulan, sampai akhirnya salah satu video buatannya meledak dengan 14 juta view.
"Awalnya saya iseng saat pandemi, kemudian berkunjung ke beberapa restoran. Karena tidak punya uang saya tanyakan ke restoran tersebut, bisa tidak saya bikin video di sana, kemudian ditukar dengan makanan atau minuman dengan kolaborasi. Saya juga ajak pacar saya untuk bantu menjadi model. Selain restoran juga kadang hotel. Saya ajak kolaborasi buatkan video yang diganti dengan sewa kamar untuk bermalam. Selama 3 bulan saya tekuni itu walaupun mereka tidak bayar, hanya dengan exchange kolaborasi seperti itu, saya tetap lakukan," tutur Mario.
Ketika videonya berhasil mendapat penonton sebanyak 14 juta, ia sesungguhnya tidak pernah menyangka. Video itu pula yang disebutnya mengubah dirinya, hingga saat ini memiliki pengikut yang banyak.
"Saat itu ada restoran vegan di Canggu, yang mengundang saya untuk kolaborasi, walaupun tidak dibayar. Saya datang. Saya buatkan video dan video itu di-upload, paginya di Tiktok dapat 14 juta view. Dari sana dengan view dan follower yang meledak saya sempat bingung. Saya tidak tahu caranya akan diapakan ini, belum siap dengan itu. Seperti saat ada hujan deras tapi kita belum siap ember, saya belum tau caranya menangkap airnya. Hanya buat vidio, belum tahu caranya, sehingga kaget," kata Mario.
Berdasar pengalaman itu, Mario kemudian mulai memanajemen dirinya dengan baik. Permintaan demi permintaan untuk membuat video pun semakin sering didapat. "Dari awalnya tidak siap dibayar sampai mulai ada yang bayar, dan restoran itu full terus sampai saat ini. Dari sana juga saya melihat potensi, bahwa content creator sangat baru karena belum ada yang menekuni di Bali. Saya terus buat video menggunakan HP dengan edit dan upload," katanya.
Mario mengaku saat ini pekerjaan sebagai pembuat konten memang belum mendapat perhatian banyak orang. Selain itu, orang-orang juga belum banyak yang tahu dan mengerti keberadaan pembuat konten. "Saya menuangkan kreativitas dengan membuat video hanya menggunakan HP. Saya buat vidio kolaborasi bisnis dengan orang lain seperti restoran, hotel, cafe dan beberapa produk. Belum banyak yang tahu mengenai market content creator antara videographer dengan influencer. Apakah dibayar atau tidak, namun yang jelas kita perlu menyiapkan embernya dulu, seperti saya yang sudah membentuk tim dan lainnya untuk menampung hujan atau panggilan job nantinya," kata Mario. jpd