Baliview
Hadapi Krisis Pangan, IDEP Foundation Tawarkan Konsep Food Forest
Denpasar, Balinesia.id – IDEP Foundation menawarkan konsep food forest untuk menghadapi krisis pangan. Konsep food forest mengutamakan diversifikasi pangan dan maksimalisasi lahan sehingga dapat adaptif terhadap perubahan ruang hari ini.
“Food forest, kemudian mampu menjadi jalan keluar dalam mewujudkan kedaulatan pangan karena sifatnya. Warga kemudian harus mampu seluas-luasnya mengakses kesempatan untuk membangun diri dan sekitarnya melalui pengembangan kapasitas diri, modal, dan pengetahuan,” kata Ketua HUT ke-24 IDEP Foundation, Hamzah di Denpasar, Senin, 8 Mei 2023 dalam konferensi pers HUT ke-24 IDEP Foundation.
Baca Juga:
Menyambut HUT ke-24, yayasan tersebut menggulirkan program Pekan Masyarakat Tangguh tahun 2023 bertema “Berakar Lokal Bertumbuh Mandiri” selama enam hari. Kegiatan tersebut dikonseptualisasi melalui refleksi atas sebuah perjalanan panjang dalam aksi dan kolaborasi nyata bersama warga. Wacana itu diharap dapat menjadi model untuk ditiru oleh warga dalam konteks nilai lokal masing-masing, terutama dari keluarga sebagai konsep masyarakat yang paling kecil.
Hamzah berharap, food forest dapat menjadi solusi atas ketergantungan masyarakat terhadap sistem logistik pangan global yang hanya peduli pada perkara permintaan-penawaran alih-alih mengenyangkan manusia. Ia meyakini bahwa kedaulatan pangan mensyaratkan masyarakat untuk kembali melihat sekelilingnya dan mengoptimalisasi kondisi di sekitarnya, sehingga keselarasan terhadap alam kembali mewujud.
Baca Juga:
“Jika dikerjakan dengan optimal, bahkan dalam kondisi paling rentan, daya hidup masih akan terus giat. Warga menjadi tangguh karena lingkungannya lestari,” kata dia.
Sementara itu, Direktur IDEP, Muchamad Awal, mengatakan bahwa dalam 24 tahun berjalan, pihaknya telah melakukan berbagai pendampingan kepada masyarakat. Khusus di Bali, ia telah mendampingi petani dari 9 kabupaten/kota yang ada di Bali.
Selama bergerak di masyarakat, Awal mengaku menghadapi sejumlah tantangan, utamanya terkait dengan payung aturan. “Tantangan yang terjadi sebetulnya adalah ketika kita turun di masyarakat. Masyarakat mengharapkan adanya aturan. Ketika timbul kesadaran dan ada perhatian dari masyarakat, perlu ada aturan, seperti perarem misalnya,” kata dia. jpd