Opini
Dilema Ketum PSSI Erick Tohir Atas Kedatangan Tim Israel
Keikutsertaan tim sepak bola negara Israel dalam pertandingan Piala Dunia U-20 di Indonesia yang menjadi tuan rumahnya sedang menjadi polemik tajam! Tidak kurang tokoh politik dan pengusaha serta dianggap publik selama ini dekat dengan simbol Islam bahkan mantan Wakil Presiden Republik Indonesia, M. Jusuf Kalla justru mempersilahkan kedatangan tim sepak bola Israel.
Aneh bukan? Tentu saja bagi orang awam ini merupakan pernyataan politisi yang sangat pragmatis, sekedar memperhatikan aspek ekonomi saja. Tidak salah memang, tapi jangan sampai melupakan konstitusi, khususnya alinea pertama Pembukaan UUD 1945!
Yaitu, "Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan! Apakah M. Jusuf Kalla mengabaikan perintah UUD 1945 ini"!
Memang benar, pelaksanaan Piala Dunia U-20 berdasarkan keputusan Federasi Sepak bola Internasional (Federation Internationale de Football Association/FIFA) tanggal 24 Desember 2020 ditunda disebabkan melonjaknya kasus pandemi Covid-19. Dan, akhirnya Indonesia kemudian ditunjuk menjadi tuan rumah perhelatan olah raga sepak bola akbar yang sangat digemari itu, yaitu Piala Dunia U-20/2021 pada tanggal 20 Mei -11 Juni 2023. Sudah semakin dekat pelaksanaannya, haruskah tertunda lagi hanya oleh satu tim kesebelasan!?
Sepak bola tidak disangkal merupakan olah raga paling digemari mayoritas rakyat Indonesia, dan tidak ada satupun cabang olah raga lain yang menandingi jumlah kehadiran penonton serta kecintaan total penggemarnya.
Wajar saja rakyat Indonesia, khususnya penonton dan "penggila" sepak bola tanah air memimpikan untuk menyaksikan secara langsung pertandingan tim-tim kelas dunia dari berbagai negara tersebut. Bahkan, harapan untuk meraih prestasi dunia bagi kesebelasan kesayangan INDONESIA juga sangat dinantikan oleh para pendukung emosionalnya memanfaatkan momentum sebagai tuan rumah ini.
Namun, diatas itu semua adalah masalah perikemanusiaan bagi rakyat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diproklamirkan kemerdekaannya tanggal 17 Agustus 1945 merupakan sesuatu yang hakiki.
Apalagi, peristiwa yang tidak manusiawi menjadi tragedi nasional di stadion Kanjuruhan beberapa waktu lalu memakan korban para penonton 133 orang tak bersalah sampai saat ini belum terselesaikan oleh pimpinan PSSI pasti masih menjadi perhatian utama dan serius para penggemar sepak bola tanah air.
Meskipun tidak ada kaitan langsung dengan pelaksanaan Piala Dunia U-20 itu, tapi secara psikologis setidaknya akan mengganggu jalannya pertandingan antar kesebelasan sepak bola dunia yang diikuti Israel tersebut. Perlu dipikirkan ulang oleh pengurus PSSI dan pemerintah, khususnya Presiden Joko Widodo sebagai bangsa dan negara yang pernah dijajah.
Tentu saja, menerima kedatangan tim sepak bola Israel dilematis bagi Ketua Umum PSSI Erick Tohir yang baru saja terpilih. Akan sangat membuat luka semakin lebar dan dalam bagi publik Indonesia karena penjajahan, pembunuhan, penyiksaan rakyat Palestina oleh Israel tidak pernah berhenti.
Apalagi konsistensi penolakan tindakan tak berperikemanusiaan dan berperikeadilan yang dilakukan oleh Israel tersebut juga merupakan sikap mantan Presiden Republik Indonesia pertama, yaitu almarhum Soekarno atau dikenal dengan sebutan Bung Karno. Rasanya tidak memiliki hati nurani dan moral hazard yang besar kalau ada pihak-pihak yang hanya memperhatikan aspek ekonomi dari gelaran Piala Dunia U-20 ini ansich!
Lalu, bagaimana sebaiknya sikap Erick Tohir atas posisi dilematis ini jika dikaitkan dengan sanksi FIFA atas sepak bola Indonesia di masa depan? Disinilah posisi moral sebagai Ketua Umum PSSI menjadi tantangan dan ujiannya, meskipun alasan menerima tim Israel bukanlah perkara sulit untuk meyakinkan publik, namun akan menjadi catatan sejarah bagi kepemimpinan Erick Tohir.
Justru, kedekatan Erick Tohir dengan Presiden FIFA Gianni Infantino-lah yang harus dibuktikan dengan membawa alasan konstitusional bahwa tim Israel tidak akan berlaga di tanah air tercinta yang lebih gandrung pada hak kemerdekaan bangsa terjajah, perikemanusiaan dan perikeadilan.
Oleh karena itu, harus diupayakan dan dipastikan pula Indonesia tidak akan terkena sangsi FIFA karena penolakan atas keikutsertaan tim Israel tersebut! Masih banyak opsi lain yang dapat ditawarkan apabila Israel tetap ingin mengikuti Piala Dunia U-20 ini, misalnya bertanding di luar wilayah Indonesia atau negara netral.
Beban moral berat ini tidak hanya berada pada pundak Erick Tohir sebagai Ketua Umum PSSI yang juga merangkap Menteri BUMN atas kesuksesan pelaksanaan Piala Dunia U-20 nanti, tetapi juga berada pada kepemimpinan Presiden Joko Widodo atas ketaatannya pada konstitusi.
Sangsi FIFA sekalipun misalnya jika akhirnya diterima oleh Indonesia tidak akan berarti apapun dibandingkan kegagalan tim nasional Indonesia sebagai tuan rumah yang akan berdampak pada kinerja Presiden Joko Widodo. Jangan sampai hal ini terjadi karena akan mengganggu posisi politik partai politik pendukung dan Presiden Joko Widodo pribadi pada tahun 2024 mendatang.(*)
* Defiyan Cori, Pemerhati Bola, Ekonom Konstitusi alumnus Universitas Gadjah Mada Yogyakarta