Baliview
Buka Peti Wasiat Kebudayaan Bali, ULU Terbitkan Buku Kajian Lontar
Denpasar, Balinesia.id – Unit Lontar Universitas Udayana (ULU) mengamalkan amanahnya sebagai lembaga “kunci wasiat” pembuka peti wasiat kebudayaan Bali melalui penerbitan buku Prabhajñāna: Mosaik Kajian Lontar Universitas Udayana seri ke-6. Buku yang berisi kajian ilmiah berbagai jenis lontar itu secara resmi disilis pada Kamis, 29 Desember 2022.
Ketua ULU, Prof. Dr. I Wayan Cika, M.S., mengatakan buku setebal 263 halaman itu berisi 15 kajian akademis dari belasan penulis baik di Universitas Udayana maupun institusi pendidikan tinggi lainnya. Kajian yang tersaji sangat beragam, mulai dari persoalan pertanian, tata ruang, lingkungan, pengobatan, kepemimpinan, etik agama, hingga pengetahuan tentang kematian.
Pakar ilmu filologi ini menjelaskan, kajian-kajian yang muncul di dalam buku tersebut menegaskan pentingnya khazanah lontar sebagai perekam jejak ilmu pengetahuan manusia Bali. Lembaganya hadir dalam amanat menggali ilmu pengetahuan yang terpendam dalam khazanah lontar tersebut
“Lontar adalah hal yang sangat penting, yang telah menjadi perhatian pada pendirian Fakultas Sastra Udayana tahun 1958 sesuai dengan “kunci wasiat” pendiriannya untuk membuka peti wasiat perbendaharaan kebudayaan Bali,” kata Cika di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana (FIB Unud), Denpasar.
Baca Juga:
- Gunakan yang Berlabel BPOM, Ini Bahaya Skincare dan Kosmetik Ilegal Bagi Konsumen dan Penjual
- PNBP Sektor Kelautan dan Perikanan di Tahun 2022 Tembus Rp1,79 Triliun
- Gotong Royong Gandeng Sekolah hingga Komunitas, Forum Alumni Gitakita Hijaukan TWA Gunung Batur Bukit Payang
Sejak 1958, katanya, ULU telah mengalami dinamika perubahan nama yang panjang. Meskipun demikian, semangat pelestarian dan pengembangan warisan di dalam lontar disebutnya tidak pernah padam. “Dulu ULU bernama Lembaga Lontar, kemudian berubah menjadi UPT Lontar, Pusat Kajian Lontar, dan akhirnya saat ini menjadi ULU,” katanya.
Sejalan dengan judul pengertian prabhajñāna yang berarti ‘cahaya pengetahuan’, pihaknya berharap kehadiran Prabhajñāna dapat menjadi penerang kehidupan manusia, dalam artian dapat memberi inspirasi dalam menjalani hidup dan kehidupan. “Cahaya pengetahuan adalah kesusilaan, pengetahuan, memberi pengetahuan suci, siddhi, suddha, siddha,” kata profesor yang juga mantan Dekan FIB Unud ini.
Sementara itu, Wakil Dekan I FIB Unud, I Nyoman Aryawibawa, S.S., M.A., Ph.D., berharap penerbitan buku Prabhajñāna dapat menjadi tonggak pengembangan ULU yang lebih luas. “Ke depan ULU dapat berkiprah lebih luas, bukan hanya lokal, tapi nasional dan global. Harapannya di masa yang akan datang ULU dapat menjadi motor riset-riset lontar bagi peneliti-peneliti asing.
Resources-nya ada di sini, SDM-nya ada di sini, knowledge ada. Maka, nanti kita inginkan akan terbangun kerja sama dengan peneliti asing. Kami ingin ada pengembangan wawasan dalam kegiatan penelitian bersama peneliti asing dalam pengembangan ini,” kata dia. jpd