Baliview
BKKBN Intervensi Penurunan Tengkes dari Hulu
Denpasar, Balinesia.id – Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Nasional (BKKBN) Provinsi Bali menjalankan strategi intervensi tengkes (stunting) dari hulu untuk mempercepat pengentasan kasus stunting di Bali. Penguatan dari hulu yang dimaksud menyasar kalangan keluarga berisiko, mulai dari bayi hingga pola asuh.
“Tahun ini, strateginya adalah penekanan intervensi dari hulu melalui beberapa strategi antara lain pencegahan kelahiran bayi berpotensi stunting, pengasuhan 1000 Hari Pertama Kehidupan, penguatan basis data intervensi dan monitoring stunting, promosi dan pelembagaan keterlibatan masyarakat dan kemitraan,” kata Kepala Perwakilan BKKBN Bali, Ni Luh Gede Sukardisih dalam Pelatihan Teknis Bina Keluarga Balita Eliminasi Masalah Anak Stunting (BKB-Emas) yang dibuka Senin, 8 Mei 2023. Kegiatan tersebut akan berlangsung selama sepekan, yakni sampai Sabtu, 13 Mei 2023.
Sukardiasih menyatakan bahwa dalam formulasi program yang dituangkan di dalam Peraturan Presiden nomo 72 Tahun 2021 mengarah ke intervensi berbasis keluarga berisiko stunting dengan penekanan intervensi dari hulu. Adapun salah satu penyebab kasus tengkes yang perlu diperhatikan yaitu terkait permasalahan gizi.
Baca Juga:
“Di Provinsi Bali berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) prevalensi balita wasted atau berat badan menurut tinggi badan pada tahun 2022 adalah sebesar 2,8 persen, kemudian pravelensi balita underweight atau berat badan menurut umur sebesar 6,6 persen, dan pravelensi Balita overweight atau berat badan menurut tinggi berada pada 1,5 persen,” katanya.
Berdasarkan hal tersebut Satus Gizi Balita di Provinsi Bali termasuk terendah di bawah rata-rata nasional yang angka rata-ratanua masing-masing adalah 7,7 persen untuk prevalensi balita wasted, 17,1 persen untuk prevalensi balita underweight, dan 3,5 persen untuk prevalensi balita overweight.
“Kita patut bersyukur bahwa Provinsi Bali sebagaimana data SSGI Tahun 2022 di atas memiliki angka terendah di Indonesia. Namun, kondisi yang baik ini jangan sampai membuat kita terlena sehingga lupa untuk meningkatkan kinerja dan berinovasi karena lebih sulit mempertahankan daripada meraih,” katanya.
Baca Juga:
Luh De pun berharap kegiatan tersebut dapat dimanfaatkan oleh fasilitator program BKB Emas untuk menerima informasi secara penuuh, kemudian bisa menularkan ke masyarakat. “Harapannya melalui pelatihan ini bersama-sama kita pastikan manfaat layanan program yang telah dirancang untuk pengelolaan bina keluarga balita dapat tersampaikan ke masyarakat,” kata dia.
Pelatihan Teknis BKB-Emas diikuti 45 peserta yang terdiri dari unsur OPD-KB kab/Kota se-Bali, kader BKB, dan PKB/PLKB. Peserta pelatihan menerim beberapa materi sosialiasi, salah satunya untuk mendukung prorgam percepatan penurunan tengkes seperti penerapan 8 fungsi keluarga dalam masa 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) hingga pengasuhan tanggap terhadap kebutuhan anak dalam masa 1.000 HPK. jpd