Bali Community
Berlangsung Sebulan, Pameran Ekara Suguhkan “Visualverse” Nyoman Erawan
Gianyar, Balinesia.id – Perupa ternama Bali, Nyoman Erawan menggelar pameran tunggal bertajuk “Ekara” di Sika Gallery, Ubud. Pameran yang disebut menjadi “visualverse” Erawan itu menghadirkan 59 karya.
Seluruh karya yang ditampilkan Erawan dalam pameran tersebut terdiri dari sebuah karya instalasi, 19 buah karya lukisan kanvas, dan 36 buah karya lukisan kertas. Pameran tersebut akan dibuka selama sebulan penuh dari 11 Juni-11 Juli 2022.
Kurator, I Wayan Seriyoga Parta, dalam pengantar pamerannya mengatakan intensitas Erawan dalam mengekplorasi ornamen Bali, khususnya motif dari wayang Kamasan, mulai terakumulasi dalam pameran tunggal dan buku yaang bertaju "Ermotive" Nalar Visual Nyoman Erawan.
Baca Juga:
- https://balinesia.id/read/erick-thohir-bandara-adalah-market-perkenalkan-budaya
- https://balinesia.id/read/nonton-pkb-masyarakat-wajib-vaksin-booster
- https://balinesia.id/read/batal-dibuka-jokowi-pkb-ke-44-dipastikan-dibuka-tito-karnavian
“Ketertarikannya pada motif ukiran Bali sudah dimulai sejak tahun 1980an, ketika ia mulai terimpresi oleh nilai artistik ukiran rusak dan puing-puing sisa pembakaran dalam upacara ngaben,” katanya.
Kala itu, Erawan menyaksikan diorama keindahan menyala dari prosesi kehancuran (pralina) tersebut, seiring dengan bersatunya tubuh dan jiwa ke alam makrokosmos.
Sejak pandemi 2020 intensitas eksplorasinya semakin meningkat. Pembatasan sosial dinilai telah memberikan ruang untuk bergumul lebih intens dan menghayati kembali proses kreasinya untuk menemukan nilai estetik. “Proses ekpslorasi yang panjang menjadikan Erawan menemukan konsep estetik yang khas, digali dari kosmologi Hindu Bali yang bersumber dari konsep mandala, sebentuk kesadaran tumbuh sebagai entitas yang terhubung dalam dawai matrik kosmos,” katanya.
Seriyoga Parta melanjutkan, perjalanan ritus kreatif yang panjang telah membuat Erawan memperdalam sensibilitas dan kesadaran di dalam rasa. “Itu merambat melalui jalinan neuron kinestetik hingga mengejawantah melalui impuls-impuls spontan subconsius, sehingga pameran ‘Ekara’ ini menjadi akumulasi dari penemuan kembali nilai-nilai estetik itu, dimana motif telah menubuh dan menjadi modus estetik yang menyatu dalam rangkaian ritus artistik.,” kata dia. jpd