Feature
Alasan Rahasia Startup Bootstrap Lebih Tahan Krisis
JAKARTA - Dalam ekosistem bisnis startup, terdapat dua metode utama dalam memperoleh pendanaan: mendapatkan investasi dari modal ventura (venture capital) atau mengembangkan perusahaan dengan cara bootstrap.
Bootstrapping merupakan strategi di mana pendiri startup mengandalkan dana pribadi atau pendapatan bisnis untuk membiayai operasional tanpa ketergantungan pada investor eksternal.
Meskipun sering dianggap lebih menantang, pendekatan ini memiliki kelebihan tersendiri, terutama dalam menciptakan ketahanan bisnis yang lebih kuat di tengah perubahan pasar yang dinamis.
Kelebihan Startup dengan Skema Bootstrap
1. Kendali Penuh atas Bisnis
Startup bootstrap tidak perlu berbagi kepemilikan atau mengikuti tuntutan investor. Pendiri memiliki kebebasan dalam mengambil keputusan tanpa tekanan untuk mencapai target pertumbuhan yang ditetapkan oleh modal ventura.
2. Fokus pada Profitabilitas sejak Awal
Tanpa suntikan dana dari investor, startup bootstrap harus memastikan model bisnisnya segera menghasilkan keuntungan agar dapat bertahan. Hal ini membuat mereka lebih disiplin dalam mengelola keuangan dan efisien dalam pengeluaran.
3. Pertumbuhan Berkelanjutan
Startup yang dibiayai oleh modal ventura sering kali dipaksa untuk tumbuh dengan cepat, sering kali mengorbankan keberlanjutan jangka panjang. Sebaliknya, startup bootstrap bertumbuh dengan lebih organik dan stabil sesuai dengan kondisi pasar.
4. Resiliensi terhadap Krisis
Startup bootstrap lebih fleksibel dalam menghadapi tantangan ekonomi karena mereka tidak bergantung pada pendanaan eksternal. Ketika resesi atau penurunan investasi terjadi, mereka lebih siap untuk bertahan dibandingkan startup yang terlalu bergantung pada pendanaan investor.
- Baca Juga: Solusi Tes DNA Startup Nalagenetics: Tekan Overtreatment, Kurangi Beban Asuransi Kesehatan
Contoh Startup Bootstrap Sukses di Indonesia
1. Kopi Tuku
Awal mula cerita dari Kopi Tuku adalah pada tahun 2015. Kedai kopi ini berada di bawah naungan PT Karya Tetangga Tuku. Mereka membuka toko kopi pertama di daerah Cipete, Jakarta Selatan. Meski lokasinya tidak begitu besar, nyatanya antusiasme masyarakat terhadap budaya ‘ngopi’ saat itu sudah cukup tinggi. Hal ini dibuktikan dengan kondisi kedai yang hampir tidak pernah sepi.
2. Kaskus
Kaskus adalah salah satu contoh startup bootstrap yang sukses di Indonesia. Platform komunitas online ini awalnya dibangun oleh Andrew Darwis dengan modal pribadi. Selama bertahun-tahun, Kaskus tumbuh tanpa investasi eksternal dan menjadi forum terbesar di Indonesia sebelum akhirnya mendapat pendanaan setelah mencapai skala besar.
3. Tiket.com
Salah satu startup bootstrap yang berhasil di industri travel adalah Tiket.com. Awalnya, pendiri Tiket.com menggunakan dana sendiri untuk mengembangkan platform pemesanan tiket pesawat, hotel, dan transportasi lainnya. Dengan strategi bisnis yang solid, Tiket.com berhasil menjadi salah satu pemimpin pasar sebelum akhirnya diakuisisi oleh Blibli.
4. Jagoan Hosting
Jagoan Hosting adalah perusahaan penyedia layanan hosting dan domain yang bertahan tanpa modal ventura. Dengan mengandalkan profitabilitas dan layanan berkualitas, perusahaan ini berhasil menjadi salah satu penyedia hosting terbesar di Indonesia.
5. Startup Lain yang Mengandalkan Bootstrapping
Beberapa startup lain seperti Sribu (platform crowdsourcing desain) dan Niagahoster juga menerapkan skema bootstrap dalam pengembangan awal mereka, menunjukkan bahwa pendekatan ini memungkinkan bisnis untuk tumbuh tanpa ketergantungan pada investor eksternal.
Kelebihan Bootstrap
1. Tidak Terjebak dalam Siklus Pembakaran Uang (Burn Rate)
Startup yang mendapatkan investasi modal ventura sering kali diarahkan untuk menghabiskan dana secara agresif guna meningkatkan skala bisnis. Namun, ketika pendanaan berikutnya sulit diperoleh, banyak startup akhirnya gulung tikar karena tidak memiliki model bisnis yang menguntungkan.
2. Tidak Ada Tekanan untuk Ekspansi Berlebihan
Startup yang menerima modal ventura sering kali dipaksa untuk tumbuh cepat dan mengakuisisi pelanggan dengan biaya tinggi. Sebaliknya, startup bootstrap berkembang dengan lebih realistis dan menyesuaikan diri dengan permintaan pasar secara alami.
3. Lebih Adaptif terhadap Perubahan Pasar
Startup bootstrap memiliki fleksibilitas dalam mengubah strategi bisnis sesuai dengan kondisi pasar tanpa harus mendapatkan persetujuan investor. Ini membuat mereka lebih adaptif terhadap perubahan tren dan tantangan ekonomi.
4. Keuangan yang Lebih Sehat
Karena sejak awal fokus pada profitabilitas, startup bootstrap cenderung memiliki arus kas yang lebih sehat dibandingkan startup yang mengandalkan pendanaan eksternal.
Tekanan terhadap Startup yang Didanai Modal Ventura dan Fenomena Bubble Burst
Banyak startup yang mendapatkan pendanaan besar dari modal ventura justru mengalami tekanan luar biasa dalam operasional mereka. Investor mengharapkan pertumbuhan yang sangat cepat dan mengharuskan perusahaan untuk mengejar valuasi tinggi dalam waktu singkat. Hal ini sering kali menyebabkan fenomena bubble burst, di mana startup yang tidak memiliki model bisnis berkelanjutan akhirnya gagal.
Beberapa contoh tekanan yang dialami startup yang mendapat modal ventura di Indonesia meliputi:
- PHK Massal: Banyak startup di Indonesia yang sebelumnya mendapat pendanaan besar akhirnya harus melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal ketika pendanaan berikutnya tidak kunjung datang. Contoh kasusnya adalah Zenius, Ruangguru, dan Shopee Indonesia, yang harus memangkas ribuan karyawan karena beban operasional yang terlalu besar.
- Ekspektasi Pertumbuhan yang Tidak Realistis: Startup seperti JD.ID dan beberapa e-commerce lainnya di Indonesia terpaksa menutup layanan mereka karena tidak mampu mencapai target pertumbuhan yang diharapkan oleh investor.
- Ketergantungan pada Pendanaan Eksternal: Ketika tren investasi melemah, banyak startup yang kehabisan dana operasional karena mereka tidak memiliki model bisnis yang mampu menopang diri sendiri tanpa suntikan modal baru.
- Mau Buyback Rp3 Triliun, Saham BBRI Diburu Investor Asing
- Saham AMMN Anjlok 52 Persen dari Level ATH, Apa Penyebabnya?
- IDX Properti Anjlok Tajam Diseret Pelemahan Saham PANI dan CBDK
Meskipun mendirikan startup dengan skema bootstrap memiliki tantangan tersendiri, kelebihannya dalam hal kendali penuh, keberlanjutan bisnis, dan daya tahan terhadap krisis menjadikannya pilihan menarik bagi banyak pengusaha.
Contoh sukses seperti Kopi Tuku, Kaskus, Tiket.com, dan Jagoan Hosting membuktikan bahwa tanpa pendanaan besar dari modal ventura, sebuah startup tetap bisa berkembang dan menjadi pemimpin pasar.
Dengan strategi yang tepat, startup bootstrap dapat bertahan lebih lama dan lebih kuat dalam menghadapi persaingan bisnis yang semakin ketat.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Idham Nur Indrajaya pada 11 Feb 2025